Selasa, 26 Juli 2011

Kanker Payudara Tanpa Operasi

Semua Ciptaan Tuhan Pasti Bermanfaat

Menemukan benjolan sebesar bakso (kecil) di payudara tentu hal yang menakutkan bagi seorang wanita. Itulah yang dialami oleh Rani. Saat itu, tahun 2007, ia bahkan baru berusia 24 tahun. Hasil USG menunjukkan benjolan itu hanya Tumor jinak. Meskipun tak berbahaya, tumor itu harus diangkat. Setelah operasi dilakukan, tumor lalu diperiksa. Menurut pemeriksaan patologi, tumor itu ternyata ganas. Rani disarankan untuk menjalani Radioterapi atau penyinaran untuk menuntaskan sisa-sisa sel kanker dalam tubuhnya.
"Saya enggan disinar karena takut efek sampingnya kulit gosong dan hitam. Radioterapi memang mematikan sel kanker, tapi sel-sel sehat juga ikut mati. Saya lalu mencari second opinion ke lima dokter! Namun semuanya berpendapat sama," tutur Rani. Rani lalu menunda radioterapi hingga setahun, tapi ucapan dokter terus menghantuinya. Akhirnya pada tahun 2008, ia menjalani 30 kali radioterapi selama 2,5 bulan.
Tiga bulan setelah paket radioterapinya selesai, hasil tes darah Ca15-3 cukup baik. Penanda kankernya menunjukkan angka 9 (rujukannya tidak boleh melebihi 28). Rani pun puas. Namun tiga bulan kemudian, ketika melakukan tes darah Ca15-3 lagi, ia mendapat kabar buruk. "Rani, penanda tumormu naik menjadi 14. Ada kemungkinan benjolanmu akan muncul lagi," kata dokter. Rani lalu disuruh menjalani 6 kali kemoterapi, tapi lagi-lagi Rani menolak karena ngeri pada efek sampingnya.
Tiga bulan setelah itu Rani jatuh sakit. Ia demam tinggi selama sebulan penuh, kepala sebelah kanannya pusing seperti ditusuk-tusuk. Puncaknya, ia anfal. Lemah terbaring di ranjang, tidak bisa jalan dan tak ada makanan yang bisa masuk ke tubuh. Ia di rawat di rumah sakit selama seminggu penuh. Ternyata penanda kankernya sudah mencapai angka 25. Karena tak kunjung ada perubahan, Rani keluar rumah sakit dengan dongkol. Ia juga tak mau minum obat-obatan medis lagi. Ia sudah lelah harus minum obat selama sakit.
Saat itulah seorang teman mengiriminya Tahitian Noni™ Bioactive Beverage (TNBB). Awalnya Rani menolak karena sudah merasa putus asa. Tapi lama-lama ia tertarik karena Tahitian Noni™ Bioactive Beverage berbentuk jus, bukan tablet seperti yang biasa diminumnya. "Tadinya saya hanya berniat menyembuhkan jerawat-jerawat di wajah saya. Saya minum TNBB empat kali sehari, setiap minum 60 ml." Alangkah kagetnya Rani ketika 3 bulan setelah rutin mengkonsumsi Tahitian Noni™ Bioactive Beverage, penanda tumornya turun menjadi 17. Pada bulan ke-9 penanda tumornya bahkan sudah mencapai titik aman, yaitu 9. Sekarang saya segar bugar, walaupun banyak pekerjaan. Tak pernah jatuh sakit lagi. Hingga kini saya terus minum TNBB. TNBB itu terbuat dari buah Noni, ciptaan Tuhan. Saya yakin apapun ciptaan Tuhan pasti ada manfaatnya."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar